Selasa, 05 April 2016

Kritik Arsitektur , Metode Normatif ,Typical

Masjid Al-irsyad Bandung

Berkas:Al Irsyad Mosque Bandung.JPG
Masjid Al-Irsyad merupakan sebuah masjid yang terletak di Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Indonesia. Masjid ini dibangun pada tahun 2009 dan selesai pada tahun 2010. Desain masjid dirancang mirip Kakbah. Warna dasarnya abu-abu. Penataan batu bata pada     keseluruhan dinding terlihat sangat mengagumkan. Batu bata disusun berbentuk lubang atau celah di antara bata solid. Pembangunan masjid ini diarsiteki oleh Ridwan Kamil. Dia menciptakan desain unik sebuah masjid yang memanfaatkan sinar matahari. Pembangunan masjid menghabiskan dana sebesar Rp 7 miliar. Desain arah kiblat dibuat terbuka dengan pemandangan alam. Saat senja, semburat matahari akan masuk dari bagian depan masjid yang tak berdinding itu. Masjid ini mempunyai luas 1.871 meter persegi hanya memiliki tiga warna yaitu putih, hitam, dan abu-abu. Susunan tiga warna tersebut menjadikan tampil lebih cantik, modern, simpel namun tetap elegan dan enak dipandang mata (https://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Al-Irsyad).


Kritik yang di gunakan untuk mengkritik bangunan ini adalah metode ritik normatif tipikal.
Kritik tipikal pada masjid Alirsyad dibagi dalam 3 tipe, yaitu :

1. Struktur       


Elemen-elemen arsitektural yang terdapat pada Masjid Al-Irsyad ini mengusung arsitektur yang sustainability atau keberlanjutan dengan desainnya yang memerhatikan olahan bentuk dan fasad yang berefek pada pencahayaan dan pengudaraan, juga pada landcaping-nya, hingga pemilihan materialnya yang memiliki unsur lokalitas. Pada masjid Alirsyad Bandung dapat dilihat masjid ini telah menggunakan material lokal untuk menunjang konsep sustainable design, material fasad menggunakan roster/batu cisangkang dari karawang. Fasad bangunan ini didesain dengan maksud tersendiri pada tampilan fasade nya yang disebut super grafik, yang memiliki pola-pola khusus, sehingga material batu Cisangkan ini harus produksi per modul secara khusus yang dapat digunakan untuk pola-pola super grafik tersebut. Warna pada fasad Masjid Al-Irsyad memiliki daya serap kalor yang besar, sehingga panas yang diterusakan kedalam ruang akan besar, namun adanya insulasi pada kulit bangunan dan cross ventilation akan menghantarkan angin yang optimal kedal am ruangan dan radiasi panas akan mudah keluar. Material yang di gunakan untuk Lantai utama adalah material granite tile yang di lapisi karpet sesuai dengan saf untuk solat, sedangkan lantai sekunder menggunakan material batu – batu koral sebagai ornamentasi pengolahan lantai sekaligus sebagai area resapan cipratan air hujan yang berasal dari bukaan udara di area bawa fasad bangunan. Pada bagian mihrab terdapat teknik pasif berupa patio yang berfungsi sebagai cooling effect yaitu mereduksi radiasi matahari yang masuk ke dalam bangunan. Dinding terbuka menjadi sumber cahaya dan udara untuk operasional bangunan setiap harinya, oleh karena itu bangunan masjid ini tidak menggunakan AC dan pencahayaan buatan pada pagi hingga sore hari. Desain plafon memberikan tambahan estetis pada ruangan masjid. Meski siang hari lampu tidak dinyalakan namun pembayangan dari sinar yang datang dari arah mihrab yang mengenai kotak - kotak lampu tersebut menjadi lebih dramatis, mampu memberikan kenyamanan pengguna dan kenyamanan visual. (Udjianto Pawitro, Annisa Nitya, Tamdy Septiandi, Arif  Hernomo. (2014). Kajian Ekspresi Ruang Luar dan Ruang Dalam pada Bangunan Masjid Al – Irsyad Kota Baru Parahyangan Ditinjau Dari Sustainable Design. Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Bandung)

  


2. Fungsi

Fungsi bangunan ini adalah Masjid yaitu tempat beribadah umat muslim, namun di lihat dari bentuknya, bangunan ini sama sekali tidak menyerupai tipikal konsep dasar bentuk masjid pada umumnya, yang semestinya memiliki bentuk atap kubah atau biasanya atap atap joglo. Ruang - ruang di masjid ini masih sama seperti masjid pada umumnya yang memiliki mihrab dan ruang shalat. Pada bagian mihrab terdapat teknik pasif berupa patio yang berfungsi sebagai cooling effect yaitu mereduksi radiasi matahari yang masuk ke dalam bangunan.

 
Gambar 1.1 .Mihrab                    Gambar 1.2 .Ruang Shalat


3. Bentuk

Bentuk Masjid Al-Irsyad sama sekali tidak menyerupai tipikal bentuk masjid pada umumnya, masjid ini tidak memiliki kubah, bentuk fasad yang modern terlihat simpel namun elegan, hanya berbentuk kubus di lengkapi dengan lubang - lubang yang berfungsi sebagai sirkulasi cahaya dan udara. Penggunaan warna tidak berlebihan hanya mengguanakan warna dasar abu - abu.



Gambar 1.1 .Tipikal Masjid beratap joglo
Bentuk masjid seperti ini masih banyak di daerah jawa


Gambar 1.2 .Tipikal Masjid beratap kubah
Bentuk masjid beratapkan kubah, ini adalah konsep dasar arsitekur masjid

Berkas:Al Irsyad Mosque Bandung.JPG

Gambar 1.3. Masjid Al-Irsyad
Bentuk masjid mengikuti perkembangan zaman, yang di ilhami teori teori arsitektur modern. Masjid ini termasuk sangat unik dan bentuknya mirip dengan ka'bah.